Mendidik Anak di Zaman Digital: Panduan Islami untuk Orang Tua Milenial



Di era digital, tantangan dalam mendidik anak semakin kompleks. Gawai, media sosial, dan internet bisa menjadi peluang emas sekaligus jebakan berbahaya bagi tumbuh kembang anak. Lantas, bagaimana cara mendidik anak secara Islami tanpa terkesan ketinggalan zaman?


Berikut panduan Islami untuk orang tua milenial yang ingin menanamkan akhlak mulia dan kecintaan kepada Allah sejak dini, meski hidup di tengah gempuran teknologi.


1. Tanamkan Tauhid Sejak Kecil, Bukan Hanya Filter Aplikasi

Sebelum membatasi akses ke konten negatif, tanamkan kesadaran tauhid dan rasa diawasi Allah تعالى (muraqabah) pada anak. Anak yang dibekali nilai iman sejak dini akan lebih bijak memilih konten meski tanpa pengawasan terus-menerus.


يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُۗ اِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ ۝١٦

Wahai anakku, sesungguhnya jika ada suatu perbuatan seberat biji sawi dan berada dalam batu, di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan menghadirkannya (untuk diberi balasan). Sesungguhnya Allah Mahalembut lagi Mahateliti. (Luqman: 16)

Adanya pengulangan seruan (يَا بُنَيَّ) dimaksudkan untuk memperbarui perhatian pendengar terhadap isi perkataan. Dalam kitab tafsir at-Tahrir wa at-Tanwir diungkapkan:

وقد أفيد ذلك بطريق دلالة الفحوى؛ فذُكر أدقُّ الكائنات حالاً من حيث تعلق العلم والقدرة به ، وذلك أدق الأجسام المختفي في أصْلَب مكان أو أقصاه وأعزِّه منالاً ، أو أوسعه وأشده انتشاراً ، ليعلم أن ما هو أقوى منه في الظهور والدّنو من التناول أولى بأن يحيط به علم الله وقدرته

Dan hal itu dijelaskan melalui petunjuk dalālat al-fahwā (makna tersirat melalui konteks): disebutkan makhluk yang paling kecil dan halus keadaannya, dalam hal keterkaitannya dengan ilmu dan kekuasaan Allah, yaitu benda yang paling kecil dan tersembunyi di tempat yang paling keras atau paling jauh, paling sulit dijangkau, atau bahkan paling luas dan paling menyebar. Tujuannya adalah agar kita menyadari bahwa segala sesuatu yang lebih tampak dan lebih dekat untuk dijangkau, tentu lebih utama untuk diyakini bahwa ilmu dan kekuasaan Allah sudah meliputinya. (Ibn 'Asyur)

2. Jadilah Teladan Digital, Bukan Hanya Pemberi Aturan

Anak meniru, bukan hanya mendengar. Jika orang tua terus-menerus menatap layar, anak akan belajar bahwa gadget itu segalanya. Terapkan "digital detox" bersama, buat waktu khusus tanpa layar untuk membangun kedekatan hati.


3. Gunakan Teknologi sebagai Sarana Tumbuh, Bukan Pengalih Perhatian

Pilih aplikasi dan video edukatif Islami yang sesuai usia. Gunakan momen menonton untuk berdiskusi nilai-nilai Islam, bukan sekadar hiburan. YouTube dan TikTok bisa jadi ladang pahala, jika digunakan dengan niat mendidik.


4. Bangun Rutinitas Islami Harian, Bukan Hanya Jam Main

Tentukan jadwal harian anak dengan waktu sholat, mengaji, membaca buku, serta bermain. Dengan rutinitas yang stabil, anak merasa aman dan terarah — serta tidak mudah candu gadget. Seperti mengajarkan sholat sejak kecil, membiasakan tilawah (mengaji), mendidik dengan ilmu dan hikmah secara rutin, menyeimbangkan antara belajar, ibadah, dan waktu istirahat atau bermain.

"مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ"

“Perintahkan anak-anak kalian untuk sholat saat mereka berusia tujuh tahun.” (HR. Abu Dawud no. 495)

Islam mendorong pembiasaan ibadah harian sejak dini, agar anak tumbuh terbiasa dengan waktu-waktu ibadah yang tetap, yang akan membentuk kedisiplinan dan kesadaran.

وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“Dan katakanlah: Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu.”
(QS. Thaha: 114)

Diriwayatkan oleh at-Tirmizi dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah berdoa seperti berikut:

 اَللّٰهُمَّ انْفَعْنِيْ بِمَا عَلَّمْتَنِيْ وَعَلِّمْنِيْ مَا يَنْفَعُنِيْ وَزِدْنِيْ عِلْمًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَاَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنْ حَالِ اَهْلِ النَّارِ (رواه الترمذي وابن ماجه والبزار)
Ya Allah Jadikanlah ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku bermanfaat bagiku, ajarkanlah kepadaku ilmu yang berguna untukku dan berikanlah kepadaku tambahan ilmu. Segala puji bagi Allah atas segala hal, aku berlindung kepada Allah dari keadaan dan segala hal yang dilakukan oleh penghuni neraka. (at-Tirmiżi, Ibnu Mājah dan al-Bazzār)


"فَصُمْ وَأَفْطِرْ، وَقُمْ وَنَمْ، فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا..."

“Berpuasalah dan berbukalah, sholatlah dan tidurlah, karena tubuhmu memiliki hak atasmu...” (HR. Bukhari)

Islam menekankan pentingnya keseimbangan dan rutinitas hidup yang tidak ekstrem, termasuk memberi waktu bermain dan istirahat yang cukup bagi anak.


5. Libatkan Anak dalam Aktivitas Dunia Nyata

Ajak anak ke masjid, ikut kegiatan sosial, menanam tanaman, atau memasak. Aktivitas ini memberi pengalaman hidup nyata dan membentuk kepekaan sosial serta tanggung jawab — hal yang tak didapat dari layar.


6. Doakan Anak, Didik dengan Cinta, Bukan Amarah

Jangan pernah remehkan kekuatan doa. Rasulullah ﷺ mengajarkan untuk mendoakan kebaikan bagi anak, bukan mengutuknya. Parenting Islami menempatkan cinta, doa, dan kesabaran sebagai pondasi utama.


Penutup:

Menjadi orang tua di zaman digital memang tak mudah. Tapi dengan panduan dari Al-Qur'an dan teladan Rasulullah, kita bisa membimbing anak-anak menjadi generasi saleh, cerdas, dan tangguh — meski hidup di tengah teknologi.


Mendidik anak bukan hanya soal masa depan mereka, tapi juga investasi akhirat kita.


LihatTutupKomentar