Abu Dzar & Gerakan Dakwah Politik Islam: Pengokoh Tegaknya Islam di Madinah

 


Pengokoh Tegaknya Islam Di Madinah


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَامِتٍ قَالَ : قَالَ أَبُو ذَرٍّ : ... قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ : " إِنِّي قَدْ وُجِّهْتُ إِلَى أَرْضٍ ذَاتِ نَخْلٍ، وَلَا أَحْسَبُهَا إِلَّا يَثْرِبَ، فَهَلْ أَنْتَ مُبَلِّغٌ عَنِّي قَوْمَكَ، لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَنْفَعَهُمْ بِكَ وَيَأْجُرَكَ فِيهِمْ ؟ ". قَالَ : فَانْطَلَقْتُ حَتَّى أَتَيْتُ أَخِي أُنَيْسًا. قَالَ : فَقَالَ لِي : مَا صَنَعْتَ ؟ قَالَ : قُلْتُ : إِنِّي صَنَعْتُ أَنِّي أَسْلَمْتُ وَصَدَّقْتُ. قَالَ : قَالَ : فَمَا بِي رَغْبَةٌ عَنْ دِينِكَ، فَإِنِّي قَدْ أَسْلَمْتُ وَصَدَّقْتُ. ثُمَّ أَتَيْنَا أُمَّنَا فَقَالَتْ : فَمَا بِي رَغْبَةٌ عَنْ دِينِكُمَا، فَإِنِّي قَدْ أَسْلَمْتُ وَصَدَّقْتُ. فَتَحَمَّلْنَا حَتَّى أَتَيْنَا قَوْمَنَا غِفَارًا، فَأَسْلَمَ بَعْضُهُمْ قَبْلَ أَنْ يَقْدَمَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الْمَدِينَةَ


dari Abdullah bin Shamit dia berkata; Abu Dzar pernah berkata: ... RasuLlaah ﷺ bersabda, 'Sungguh telah dihadapkan padaku sebuah negeri yang banyak pohon kurmanya, dan aku meyakini negeri itu adalah Yatsrib. Apakah kamu bersedia menyampaikan ajaranku kepada kaummu? Semoga Allah تعالى memberi manfaat kepada kaummu melalui usahamu dan memberimu pahala atas dakwahmu kepada mereka.' Setelah itu, aku mendatangi Unais. Lalu Unais bertanya; 'Apa yang telah kamu lakukan ?' Aku menjawab; 'Aku telah masuk Islam' Unais berkata; 'Saya tidak membenci ajaran agamamu. Dan sungguh saya telah masuk Islam dan beriman.' Setelah itu kami mendatangi ibu kami. Ternyata ia berkata; 'Sungguh aku menyukai agama kalian. Oleh karena itu, aku pun ingin masuk Islam dan beriman.' Selanjutnya kami pulang ke kaum kami,  Ghifar, sebagian dari mereka telah masuk Islam sebelum kedatangan Rasulullah ﷺ di Madinah


🔸Takhrij Hadits🔸


Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (35/413) - Musnad al-Anshor, Hadits Abi Dzar al-Ghifariy - no. 21525; dari Yazid bin Harun, dari Sulaiman bin al-Mughirah, dari Humaid bin Hilal, dari Abdullah bin ash-Shamit, dari Abu Dzar


🔸Kedudukan Hadits🔸


1⃣ Yazid, thabaqat 9, dinilai ثقة متقن oleh Ibn Hajar (at-Taqrib, 1084), dan أحد الأعلام oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 4/529).


2⃣ Sulaiman, thabaqat 7, dinilai ثقة ثقة oleh Ibn Hajar (at-Taqrib, 413), dan جليل oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 2/535).


3⃣ Humaid, thabaqat 3, dinilai ثقة عالم oleh Ibn Hajar (at-Taqrib, 276), dan الحافظ الفقيه oleh adz-Dzahabiy (Siyar A'lam an-Nubala', 5/309).


4⃣ Abdullah, thabaqat 3, dinilai ثقة oleh Ibn Hajar (at-Taqrib, 515), dan ثقة oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 3/132).


5⃣ Jundub bin Junadah, Abu Dzar, seorang sahabat yang masyhur, dikatakan تقدم إسلامه " termasuk generasi awal yang masuk Islam" dan تأخرت هجرته فلم يشهد بدرا "hijrahnya belakangan, dan ia tidak menyaksikan Badr" (at-Taqrib, 1143).


Isnad hadits ini shahih, sebagian riwayat termasuk marfu' ( disandarkan kepada Nabi ﷺ ), ketika Abu Dzar mengatakan 


قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " إِنِّي قَدْ وُجِّهْتُ إِلَى أَرْضٍ ذَاتِ نَخْلٍ، وَلَا أَحْسَبُهَا إِلَّا يَثْرِبَ، فَهَلْ أَنْتَ مُبَلِّغٌ عَنِّي قَوْمَكَ، لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَنْفَعَهُمْ بِكَ وَيَأْجُرَكَ فِيهِمْ ؟ "


dan yang lainnya riwayat mawquf, yakni yang disandarkan kepada Abu Dzar.


🔸Catatan pelajaran🔸


1⃣ Ungkapan

إِنِّي قَدْ وُجِّهْتُ إِلَى أَرْضٍ ذَاتِ نَخْلٍ


redaksi إني terdiri dari إن yang berfaedah تأكيد "penguatan" dan ياء المتكلم "huruf ya' yang merupakan kata ganti orang yang berbicara". Diikuti dengan قد yang mendahului fi'il madhi وجهت, maka قد berfaedah تحقيق "pemastian". Kata وجهت bermakna رُئِيتُ "diperlihatkan kepadaku", dalam riwayat Muslim dikatakan وجهتْ لي أرض ذات نخل yang bermakna رأيتُ جهتها "aku melihat daerahnya". Berdasarkan alur pembicaraan (سياق الكلام) dan nash yang setema (جمع النصوص في الباب الواحد), maka ungkapan ini mengisyaratkan bahwa


سيخرج النبي ﷺ من مكة، ويدخل أرض ذات نخل، ووعد الله تعالى النبيَّ ﷺ  سلطانا نصيرا لكتاب الله، ولحدود الله، ولإقامة دين الله فيها.


" Beliau ﷺ akan keluar dari Makkah, dan masuk ke wilayah yang banyak pohon kurma, dan Allah تعالى janjikan kepada Nabi ﷺ kekuasaan yang menolong untuk kitab Allah, hukum-hukum Allah, dan untuk penegakkan din Allah تعالى di daerah tersebut."


Dalam hal ini Nabi ﷺ yakin tentang hal tersebut, dan menyampaikannya kepada Abu Dzar sebagai kabar gembira ( بِشارة ) dalam menjalankan tugas yang akan ditawarkan.


2⃣ Adapun ungkapan لَا أَحْسَبُهَا إِلَّا يَثْرِبَ dengan أحسب bermakna أظن "saya menduga". Dalam kalimat berpola الحصر sehingga memberi faedah إثبات "pengukuhan". Ini menunjukkan dugaan Nabi ﷺ bahwa daerah tersebut adalah Yatsrib merupakan dugaan yang kuat. 


Sekalipun demikian, dari sisi أسباب "sebab -sebab", Nabi ﷺ mendatangi sejumlah kabilah lain sebelum ke para tokoh Yatsrib. Usaha Beliau ﷺ ini berlangsung terus-menerus dan disertai kesulitan (مشقة) sebelum akhirnya diterima para tokoh Yatsrib. Sehingga dengan adanya  المدوامة على العمل "kontinuitas amal" dan indikasi berupa المشقة "kesulitan dan gangguan", maka ini termasuk kewajiban bagi umat Islam dalam mencari, menemukan dan mempersiapkan ahlul quwwah yang akan memberi kekuasaan yang menolong (سلطان نصير) bagi kitab Allah, hukum-hukum Allah, dan penegakkan din Allah تعالى .


3⃣ Ungkapan

فَهَلْ أَنْتَ مُبَلِّغٌ عَنِّي قَوْمَكَ، لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَنْفَعَهُمْ بِكَ وَيَأْجُرَكَ فِيهِمْ ؟


Kata مبلغ merupakan  isim fail (اسم فاعل) dari بلّغ , jika dikatakan مبلغ عن النبي ﷺ maka berarti المخبر عنه ﷺ "penyampai kabar tentang Nabi ﷺ". Redaksi عني "tentangku" bermakna عن الإسلام "tentang Islam".


Apakah Abu Dzar telah belajar tentang Islam  ?


Abu Dzar telah menerima dan belajar Islam dari Nabi ﷺ. Disebutkan oleh Khaffaf bin Ima' -pemimpin suku Ghifar-, 


ﺇﻥ اﻟﻠﻪ ﻗﺬﻑ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻪ اﻹﺳﻼﻡ ﻭﺳﻤﻊ ﺑﺎﻟﻨﺒﻲ ﷺ ﻭﻫﻮ ﻳﻮﻣﺌﺬ ﺑﻤﻜﺔ ﻳﺪﻋﻮ ﻣﺨﺘﻔﻴﺎ، ﻓﺄﻗﺒﻞ ﻳﺴﺄﻝ ﻋﻨﻪ

"Allah تعالى melimpahkan ke dalam hatinya Islam, dan dia mendengar langsung dari Nabi ﷺ, yang ketika itu dakwahnya belum terang-terangan, dia datang dan bertanya tentang Islam" (ath-Thabaqat al-Kubra, 4/222)


Setelah mendengar dan belajar tentang Islam, maka Nabi ﷺ menawarkan فَهَلْ أَنْتَ مُبَلِّغٌ عَنِّي قَوْمَكَ "apakah kamu bersedia untuk menyampaikan ajaranku kepada kaummu ?" . Ini memberi isyarat yang jelas bahwa muballigh tidak disyaratkan menguasai seluruh ajaran Islam dan tidak pula diharuskan mampu dalam semua ilmu alat yang dibutuhkan.


Yang wajib ialah menguasai apa yang akan disampaikan. Mengingat makna aktivitas  تبليغ الإسلام  ialah


إيصال الإسلام وحقيقته إلى أذهان الناس

"penyampaian Islam dan hakikatnya kepada akal manusia"


Dan kekuatan akal sendiri beragam, agar mampu memahami yang disampaikan maka harus sesuai dengan kadar kemampuan yang diajak bicara (المخاطب), dan menggunakan ungkapan yang fashih, baik mufrad maupun susunannya. Penggunaan ungkapan yang fashih tidak mungkin terjadi, kecuali menguasai apa yang akan disampaikan.


Selain itu, aktivitas تبليغ الإسلام menunjukkan penyampaiannya tanpa pengurangan (نقص), penambahan (زيادة), dan penyimpangan (انحراف). Harus murni (نقاء) yakni tidak bercampur dengan ajaran dan mabda lain, serta bersih (صفاء) yakni bersumber dari Islam itu sendiri dengan gambaran yang jelas.


Dan bagi Nabi ﷺ sosok Abu Dzar mampu memenuhi aktivitas ini bagi kaumnya, sehingga Beliau ﷺ mengatakan


لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَنْفَعَهُمْ بِكَ وَيَأْجُرَكَ فِيهِمْ


mengingat kata لعل sendiri


 لا تستعمل إلا في الممكن وقوعه 


"tidak digunakan kecuali mungkin terjadi", dan berfaedah طلب الأمر المرغوب "meminta suatu perkara yang dikehendaki".


4⃣ Ungkapan

 فَانْطَلَقْتُ 

hingga

فَأَسْلَمَ بَعْضُهُمْ قَبْلَ أَنْ يَقْدَمَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الْمَدِينَةَ


menunjukkan aktivitas gerak dakwah Abu Dzar, yang didukung saudaranya Unais, dan ibunya. Kemudian datang ke Madinah setelah perang khandaq (ath-Thabaqat al-Kubra, 4/222), ini menunjukkan kesabaran dan ketekunan Abu Dzar dalam mendakwahkan kaumnya dan mempersiapkan mereka untuk memperkokoh kekuatan Islam di Madinah. 


Abu Dzar sendiri menjadi amir sementara di Madinah pada peristiwa Dzat ar-Riqaa' dan Bani Musthaliq (Sirah Ibn Hisyam, 2/203 dan 289).


Ini semua mengindikasikan dengan kuat bahwa aktivitas tabligh yang diminta dari Abu Dzar al-Ghifariy, ialah aktivitas dakwah politik, dalam rangka memperkokoh institusi politik yang didirikan  Nabi ﷺ di Madinah setelah mendapatkan سلطانا نصيرا "kekuasaan yang menolong". 


Bukan sekedar menyampaikan Islam atau sebatas mengislamkan kaumnya, tetapi menjadikan mereka mampu mengambil bagian penting dalam memperkokoh institusi politik yang tegak, berjalan dan tersebar kekuasaannya atas dasar Islam untuk mendapatkan ridha Allah تعالى.


Nas'aluLlaaha an-nushrah, wabiLlaahi at-taufiq wa al-hidayah [ibn mukhtar]

LihatTutupKomentar